Review Film Green Book (2018)

REVIEW FILM GREEN BOOK (2018)


Rating:

IMDb: 8.2

Rotten Tomatoes: 78%

Kali ini saya akan mengulas sebuah film yang cukup apik. Film ini dibintangi oleh Mahershala Ali dan Viggo Mortensen. Green Book berhasil meraih 3 Piala Oscar, yaitu Best Motion Picture of the Year, Best Performance by an Actor in a Supporting Role, dan Best Original Screenplay. Sebelum Anda membaca review film Green Book, Anda bisa membaca sinopsisnya terlebih dahulu.

SINOPSIS

Pada tahun 1960-an, seorang Italian-American bernama Tony Lip (Viggo Mortensen) yang bekerja sebagai penjaga klub malam, sementara harus kehilangan pekerjaannya karena bar tempat dia bekerja akan direnovasi. Pada saat itu, Dr. Donald Shirley, seorang pianis Amerika keturunan Afrika (Mahersala Ali) akan melakukan tur mengelilingi beberapa negara bagian di selatan Amerika Serikat. Tawaran yang sangat menjanjikan datang kepada Tony sebagai sopir Dr. Donald Shirley dalam turnya. Perlu diketahui bahwa pada masa itu, masih terjadi segregasi rasial antara kulit putih dan kulit hitam di Amerika Serikat. Bagaimana kelanjutan perjalanan mereka berdua?

REVIEW FILM GREEN BOOK (2018)

!!! WARNING SPOILER !!!

Mari kita mulai review film ini. Pertama-tama, alasan saya menonton film ini karena memiliki rating yang cukup baik di IMDb. Selain itu, saya sering melihat potongan-potongan adegan di film ini di beberapa instagram bertema perfilman. Awalnya saya berpikir film ini hanya akan menjadi film drama "biasa" yang membawa isu segregasi rasial di Amerika Serikat pada masa itu. Namun, setelah menonton film ini, saya mengakui bahwa rating memang tidak bisa berbohong. 

Film dimulai dari adegan Tony Lip yang bekerja di sebuah bar. Pada adegan ini, mulai terlihat karakter Tony yang cerdik dan "bodo amat". Lalu, karena bar tersebut akan direnovasi, untuk sementara waktu Tony harus kehilangan pekerjaannya. Film berlanjut ke adegan di rumah Tony. Di rumah Tony, terdapat dua pekerja kulit hitam yang sedang memperbaiki saluran air di rumahnya. Istrinya, Dolores (Linda Cardellini), memberikan dua pekerja tersebut minuman. Di sini, terlihat karakter Tony yang tidak menyukai ras kulit hitam, ia membuang gelas bekas dua pekerja tersebut. Karakter tersebut berkebalikan dengan karakter istrinya. Green Book menampilkan bagaimana perubahan karakter Tony yang awalnya tidak menyukai ras kulit hitam menjadi berubah seiring perjalanannya dengan Dr. Shirley.


Dr. Shirley merupakan seorang pianis kulit hitam yang cukup kaya. Ia tinggal di atas sebuah opera. Di dalam rumahnya, terdapat banyak benda-benda mewah. Dr. Shirley mempunyai karakter yang cukup unik. Ia memiliki gaya bicara dan tutur kata yang baik seperti kaum yang terpelajar. Setahu saya, tidak seperti ras kulit hitam kebanyakan pada saat itu. Saya tidak akan menceritakan bagaimana pertemuan Tony dan Dr. Shirley. Namun, akhirnya Tony diterima menjadi sopir Dr. Shirley untuk turnya. Mungkin Anda bertanya-tanya, kenapa Tony yang tidak menyukai ras kulit hitam mau menjadi sopir Dr. Shirley? Menurut saya, Tony tidak mempunyai pilihan. Ia harus menghidupi keluarganya. 

Akhirnya, dimulai lah perjalanan Tony dan Dr. Shirley. Momen-momen perjalanan Tony dan Dr. Shirley sukses membuat perasaan saya campur aduk. Ada beberapa adegan yang membuat saya tertawa. Ada juga adegan yang membuat saya merasakan ironi. Salah satunya adalah ketika mobil Dr. Shirley mogok saat di depan sebuah peternakan. Di peternakan tersebut, terdapat orang-orang kulit hitam yang sedang bekerja. Mereka semua melihat Dr. Shirley yang memakai pakaian mewah dan mempunyai mobil yang bagus. Satu hal lagi yang "terpenting", ia disopiri oleh seorang kulit putih. Di sisi lain, mereka harus bekerja di bawah terik sinar matahari.

Perjalanan mereka tidak cukup mulus. Walaupun Dr. Shirley merupakan seorang yang cukup berada dan terpelajar, hal itu tidak membuat Dr. Shirley terlepas dari diskriminasi ras kulit hitam. Untuk menginap di hotel, mereka harus melihat sebuah buku panduan kecil berjudul Green Book yang memuat daftar hotel yang dapat ditempati oleh orang kulit hitam. Konflik-konflik yang terjadi karena segregasi rasial berhasil membuat saya kesal. Namun, kehadiran Tony siap membantu Dr. Shirley dalam menangani konflik-konflik tersebut. Di sini, mulai terlihat perubahan karakter Tony yang awalnya tidak menyukai ras kulit hitam menjadi berubah 180 derajat. Hubungan mereka berdua pun menjadi semakin erat. 



Pembawaan karakter Dr. Shirley oleh Mahershala Ali sukses mengantarkan dia memenangkan Piala Oscar. Tak lupa, Viggo Mortenson juga berhasil masuk nominasi Piala Oscar untuk pemeran utama terbaik walaupun tidak memenangkan penghargaan tersebut. 

Konflik-konflik yang ada serta dibalut dengan sedikit komedi membuat perjalanan mereka menjadi tidak membosankan untuk ditonton. Akhir kata, saya bisa memasukkan Green Book sebagai salah satu film favorit saya. 

Review film Green Book ini saya buat berdasarkan objektivitas saya. Jangan sungkan untuk berkomentar bila ada hal yang ingin Anda sampaikan. Terima kasih telah membaca review film Green Book ini.

Comments

Post a Comment

Popular Posts